Sungai Cirarab
mengalir persis di
belakang rumah yang kukontrak
bau menyengat
berwarna hitam
seakan memberi
pesan
dari pabrik-pabrik
yang gelisah dilewatinya tanpa permisi
dan rakyat Sungai
Cirarab yang semakin suram
"Sebelum kamu
ada, aku bermain, memandikan dan membesarkan anak-anak Cirarab dengan saling
membahagiakan. Nasibku yang gelap bau sekarang barangkali senasib dengan
buruh-buruh yang tak rela memeras keringat untuk kenikmatanmu semata, juga rakyat
tanpa kerja, mereka yang telah kehilangan pekerjaan dan hidup tanpa jaminan sosial"
Sungai Cirarab
sepanjang tahun-tahun
yang kukenal
hingga hari ini
tak berubah
Selalu mengaduh
dan mengeluh
sebagaimana buruh-buruh yang berjuang
menuntut perbaikan upah dan kondisi kerja
Sungai Cirarab
mengalir lesu
tak berdaya tak
tahu kemana mengadu
masih saja
orang-orang yang tak mengenal
kebaikannya
melemparkan sampah tanpa mantra dan doa-doa keselamatan
sebagaimana dahulu
para leluhur mengajarkan
Sungai Cirarab
menunggu hari
pembalasan
sebagaimana Perahu Nuh akan berlayar
sebagaimana
buruh-buruh dan rakyat senasib percaya
pada datangnya
pembalasan.
Rakyat yang
menjadi hakim!