Justin,
Gelisahmu adalah matahari
Mengusir kegelapan dari sarangnya
Sampai fajar merah
tiba
Di Blangguan
Kau bela petani yang tanahnya dirampas tentara laut
Tapi ia datang padamu seperti iblis
Yang meyakinkan dirimu karena
gelisahmu adalah juga pada kebenaran kata dan tindakan
Ini bukan Orde Baru tapi Orde Palsu
Kau disiksa, disetrom
Ditendang dan dipukul
Ditelanjangi
Seperti Yesusmu yang membela orang-orang tertindas
“Emanuel!”
Kita pun mengangkat keranda orang mati untuk menyatakan
kehidupan
Gelisahmu adalah bintang pagi
yang tak menyesatkan jalan musafir
Ketika kita berdiskusi soal rencana-rencana baik kita ke
depan
Bagaikan kehidupan surgawi yang dijanjikan orang-orang
beriman
Serta doa yang dikabulkan
Di atas bumi seperti di dalam surga
Aku pun ikut kamu sebagai juru selamat ketika organisasi
kita pecah
Gelisahmu adalah rembulan di malam gulita
Ketika anak-anak riang gembira dalam permainan
Sementara ayah-bunda memadu kasih untuk generasi yang
lebih baik
Kita pun bermain teater bukan untuk aktor tapi ator
Dengan cara itulah kita hendak menggulingkan penguasa
Sesudah pemberontakan berdarah di kandang Banteng
Aku dan kau menjadi rahasia
Aku pun ingat pesan kawanmu:
“Klandestin. Tidak ada orang yang tidak bisa diorganisasikan
bahkan orang-orang di istana Sang Jendral”
Sesudah Sang Jendral tak lagi menjadi rahasia
Kita masih menjadi rahasia
Sampai kini
Sesudah delapan ribu tiga puluh hari matahari
Gelisahmu adalah matahari
Yang dahulu juga
Yang dahulu juga
Kegelisahan Bung Kita
Revolusi memang belum selesai
Kota Bumi, 30 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar