Rabu, 07 Mei 1997

Apakah Hanya untuk Cacing-Cacing Lapar Sesaat?


Sudah berapa lama kita di sini?
Sudah berapa kali kita kemari?
Meneriakkan tuntutan yang dulu juga:
"Naikkan Upah!"

Aduh, aku melihat wajah-wajah buruh yang lelah dan tua
Murung dan pilu, begitu sedih memalingkan muka
"Apakah kaliyan tidak belajar dari kebodohan kami?"

Lama aku menanti
Mulut mereka penuh dendam sekaligus rasa bersalah
Diajaklah aku jalan-jalan sesekali berhenti
Di pusara kawan buruh yang mati
Dari suatu tempat yang jauh
Mereka berkata-kata padaku

"Jalan itu pernah kami lalui,
Tuhanpun sudah mendengar
Teriakan itu sudah berabad-abad didengar
Selalu! ya sejak awal mula manusia makan upah kerja
Kami jadi sadar:
Sampai akhir jaman pun kami akan berteriak:
Naikkan Upah

Pabila teriakan itu hanya tuntutan cacing-cacing lapar sesaat
Kami tahu kelaparan kami bukanlah karena kami malas
Kami tidak ngerti politik
Lama dalam cengkraman hantu kebodohan, kami takut berpolitik!
Terlalu salah kami yang miskin ini ikut-ikutan berkata:
Politik itu kotor dan cuma urusan orang-orang besar
Politik yang kotor itu ternyata juga senang nongkrong
Dan berdoa di rumah-rumah ibadat
Bersantap makan di meja perjamuan Tuhan
Bersilahturahmin dan tidur dengan nyenyaknya di keluarga yang suci
Sungguh kehendak yang mulia dari para tuan

Pabila kami dilarang mendekati dan menggaulinya
Dia hanya boleh jalan-jalan dan tidur di rumah-rumah gedongan
Oleh tentara bahkan kami dilarang keras:
Jangan sekali-sekali berani mencoba mengajaknya
Ngobrol, merokok dan minum-minum
Dia utusan neraka paling bawah

Kami tidak ngerti katanya politik itu kotor
Mengapa dilarang bermain di perkampungan buruh kami yang kotor?
Mengapa bermainnya cuma di tengah para kudus dan orang pintar?
Tidak bolehkan kami menjadi pintar?
Beramai-ramai makan buah pengetahuan baik dan jahat itu?
Seperti mereka di gedung sekolah, seminar, rapat, diskusi, sidang
Atau di Taman Firdaus sebagamana Adam dan Hawa?
Aih yang kotor kan manusianya, bukan politik
Pabila manusianya kotor politiknya juga kotor
Manusianya korup politiknya juga korup
Jadi kau tahu sendiri: Koruptor!"

Hai, sudah berapa lama kita di sini?
Sudah berapa kali kita kemari?
Apakah hanya untuk cacing-cacing lapar sesaat?


Jakarta, 7 Mei 1997