Jumat, 06 Desember 2002

Kamu dan Aku


Dukamu sertaku
Marahmu airmataku
Hinamu tangisku
Makimu caciku
Bahagiamu citaku
Datangmu bentengku
Rindumu apiku
Dalam gelap
Di sini
Kini
pun rinduku

Klaten, 6 Desember 2002

Jumat, 27 September 2002

Sajak Rindu II


Ke ujung-ujung kucari namamu
Di kota ini kucari sepi
Biar kutemukan wajahmu
Membayang
Dalam gelap
Ada tangis tak terhibur
O, Penyair
Tuliskan sajak rindu kepadanya
Biar kusebut namanya
Di saat ajalku

Sawokecik, 27 September 2002

Sajak Rindu I


Seperti dahulu
Menyebut namamu
Bergetar Jiwaku
“Kerinduanku, Mama!”
Tak berbalas

Sawokecik, 27 September 2002

Kamis, 01 Agustus 2002

Lagu Senja


Ini lagu senja
Temaram mendekat
Pun rela
Gelap.
Kucium wangimu
Mawar
Tak terlupakan


Agustus 2002

Selasa, 30 Juli 2002

Lagu Baru


Lagu baru. Lagu baru
Dari rerumputan tanpa seruling
Cuma mulut diiring tepuk
Perut dua hari tak terisi

Lagu baru
Ini lagu baru
Kubawakan pada tuan
Di bus kota dan kereta
Dendang tanpa tari
Berhari di sini
Kami bernyanyi
Apakah tuan mau mati?

Inilah laguku, tuan
Berderu kamu membisu
Tak-tak-tak dung-dam, kamu terdiam
Bila tuan tak senang, turun saja
Di mana pun. Kami kepung

Lagu baru selalu ada
Dari rerumputan tanpa seruling
Cuma mulut diiring tepuk
Perut telah lama tak terisi
Apakah tuan mau mati?

Sawo Kecik, 30 Juli 2002

Sabtu, 27 Juli 2002

a k u 1


aku penyair di gelap malam
dalam hidup tak bertuan
kubenamkan kata-kataku
di jantung orang-orang miskin
agar ada kata: lawan
aku penyair di kepak-kepak elang
memandang hidup tanpa batas
kujalangkan kata-kataku
di mulut orang-orang miskin
biar caci-maki untuk para penindas
aku penyair di jalan bebas
mari, kita tebas segala penghadang
luka dan pedih enyahlah sudah
berlari-berlari
ke dunia bebas

Sawokecik, 27 Juli 2002

Jumat, 19 Juli 2002

Waktu

Kalau sampai waktuku*
Kutemui kamu di mana saja


Sawokecik, 2002
* diambil dari puisi Aku karya Chairil Anwar

Minggu, 24 Februari 2002

K a r e n a

Karena buruh diupah rendah
Karena buruh seperti sapi perahan
Karena petani-petani tak bertanah
Karena rumah tak lagi punya
Karena kontrakan semakin mahal
Karena ibu-ibu menjual diri
Karena bapak menjual anak-anaknya
Karena pendidikan jadi barang dagangan
Karena anak-anak tak sekolah
Karena anak-anak dipaksa kerja
Karena anak-anak mencari makan di lampu merah
Karena obat tak terjangkau
Karena minyak terus meninggi
Karena hidup jadi mainan tengkulak
Karena kerja tak ada
Karena pelacuran merajalela
Karena kriminalitas meningkat
Karena rakyat berjudi untuk hidup
Karena mimpi dianggap kenyataan
Karena penjara bukan untuk penjahat
Karena hukum bisa dibeli
Karena hak asazi manusia cuma diomongin
Karena para pembunuh tak ditangkap
Karena korupsi menjadi tuan
Karena kamu tak bergerak
Karena kamu sembunyi dengan anjing-anjing penjaga
Karena kamu takut lantas beli senjata
Karena !
Karena!
Karena!
Karena semua itu!
Kubrikan kepadamu!
Pembrontakan!

Tangerang, 24 Februari 2002

Sabtu, 23 Februari 2002

Untuk C


Di sini
Di antara yang tertindas
Tak ada langit dan matahari
Atau bulan di malam
Yang menemani sepi
Bintang-bintang berlari tak berkedip
Kamu akan berkata:
Bohong!
Segala api datang dari penindasan
Nyalakan, Sayang. Nyalakan apinya
Tak !
Aku rindu pada kaki-kaki langit
Aku rindu perempuan desa
Aku rindu mencium bunga-bunga gunung
Ijinkan aku berlari di ketinggian
Biarkan aku terbang sejenak, Sayang
Aku kembali.
Kembali.
Pasti
Bulshit!
Di sini
Di antara para pejuang
Yang pergi tak kembali
Berlarilah di antara kebohongan
Yang kembali seperti anak-anak belajar berjalan
Kami enggan menemanimu
Kami tak peduli: kemana kamu pergi
Dengan atau tanpa kamu, kami berjalan
Ke depan. Kejarlah. Kejarlah kami
Kami tak menunggu
Oh, para pejuang
Di sini
Di antara yang tertindas
Tak ada langit. Tak ada matahari
Seperti doa-doa para rahib tak bertepi
Ijinkan aku terbang sejenak
Di ketinggian
Biar kulihat
Segala api berasal dari penindasan

Cipondoh, 23 Februari 2002