Rabu, 16 Desember 2015

Sungai Cirarab

Sungai Cirarab
mengalir persis di belakang rumah yang kukontrak
bau menyengat berwarna hitam
seakan memberi pesan
dari pabrik-pabrik yang gelisah dilewatinya tanpa permisi
dan rakyat Sungai Cirarab yang semakin suram
  
"Sebelum kamu ada, aku  bermain, memandikan  dan membesarkan anak-anak Cirarab dengan saling membahagiakan. Nasibku yang gelap bau sekarang barangkali senasib dengan buruh-buruh yang tak rela memeras keringat untuk kenikmatanmu semata, juga rakyat tanpa kerja, mereka yang telah kehilangan pekerjaan dan hidup tanpa  jaminan sosial"

Sungai Cirarab
sepanjang tahun-tahun yang kukenal
hingga hari ini
tak berubah
Selalu mengaduh dan mengeluh 
sebagaimana buruh-buruh yang berjuang  
menuntut perbaikan upah dan kondisi kerja

Sungai Cirarab
mengalir lesu
tak berdaya tak tahu kemana mengadu
masih saja orang-orang yang tak  mengenal kebaikannya 
melemparkan sampah tanpa mantra dan doa-doa keselamatan
sebagaimana dahulu para leluhur mengajarkan

Sungai Cirarab
menunggu hari pembalasan
sebagaimana Perahu Nuh akan berlayar
sebagaimana buruh-buruh dan rakyat senasib percaya
pada datangnya pembalasan.
Rakyat yang menjadi hakim!