Rabu, 20 Juli 2005

Mereka Masih Mengenalmu?


Wajah yang lapar ini adalah kamu?
Yang berkata burung-burung di udara tak menanam
tapi makan?
Lihatlah, mereka membuka jas
Dan kamu masih telanjang di jalanan
menyanyikan lagu duka
Busung lapar, malaria, lumpuh layuh,
flu burung, muntaber…korupsi
Sepanjang jalan para pahlawan
Musik menderu sampai pagi
Lampu jalanan tak mati-mati
Mereka masih mengenalmu?

Tebet, 20 Juli 2005

Kamis, 14 Juli 2005

Tarian Arak





Di sini laut mati tak berombak

Beri aku arak, sayang
Biar kulihat awan merah berarak-arak
Seperti barisan para pemberontak

Holobis kuntul baris
Rawe-rawe rantas malang-malang putung


Ho..e di sini laut mati tak berombak
Di manakah jejak Musa membelah ombak?
Meluluhlantakkan bala tentara Fir’aun?

Holobis kuntul baris
Rawe-rawe rantas malang-malang putung


Di sini laut mati tak berombak
Sekali lagi beri aku arak, sayang
Biar kuterbang sejenak di awan merah berarak-arak
Di atas laut berombak-ombak
Di antara jejak pemberontak menghentak-hentak

Holobis kuntul baris
Rawe-rawe rantas malang-malang putung

Jakarta, 14 Juli 2005

Rabu, 25 Mei 2005

Di Jalan Bersimpang




Di jalan bersimpang

Kabut menggantikan duka

Burung burung men-ciap enggan terbang

Bersamaan lampu-lampu jalan yang mati

Seorang ibu tua memanggul hidupnya

Kamu belum datang juga



Yeah! Kupukul kau besi tua

Hilangkan sunyi mencekam: menanti

Bangunkan aku dari duka

Di jalan bersimpang

Kamu masih tanya: Ada?



Ketika kamu tiba

Tak ada cakap

Pun bila kita ke kiri atau ke kanan

Di jalan bersimpang

Sepertinya kita berjalan lurus?



Di jalan bersimpang

Kabut menggantikan duka

Bening empun pagi: air mata kita

Tak lagi ada tanya, duka dan cakap

Seperti permadani parsi jalan membentang

Pada kamu.Pada aku

Hari ini





Tebet, 25 Mei 2005