Rabu, 17 Februari 2016

KAWAN dan BERLAWAN, Dominggus Oktavianus, kumpulan puisi

Seringkali orang bisa akrab dengan kata-kata karena dipaksa hati yang sedang jatuh cinta. Lalu menuliskan perasaan cinta itu secara puitis. Inilah yang barangkali oleh para filsuf disebut pengalaman estetik: menikmati diserang keindahan.
Tentu saja ini manusiawi. Hanya manusia yang bisa mengalami perasaan estetis dan mengungkapkan dalam berbagai bentuk bahkan bentuk-bentuk puisi. Burung Manyar boleh saja membuat sarang yang indah tapi keindahan bentuk yang tampak statis. Tetapi manusia tidak puas dengan keindahan yang sudah ada. Ia selalu mencari keindahan baru atau menciptakan perspektif yang baru.

Bagi Chernyshevsky, keindahan haruslah berdasar pada kemanusiaan: keindahan adalah kehidupan. Pengalaman atas rasa keindahan itu sebisa mungkin mendorong manusia menjadi lebih manusiawi sehingga mencintai kehidupan. Dalam mencintai kehidupan itulah, muncul keberpihakan terhadap orang-orang tergusur dan tertindas dan menjadikan seni termasuk puisi sebagai bagian dari gerakan pembebasan rakyat menuju kehidupan manusia yang semakin indah.
Membaca puisi-puisi Dominggus Oktavianus, bukan saja kita dibawa pada perasaan estetis tapi juga dorongan kuat untuk membela rakyat tertindas. Kita harus mengubah realitas yang tidak indah: Kelaparan di Yahukimo; busung lapar yang masih banyak dialami anak-anak di negeri yang terkenal indah dan kaya; gempa di Sumatera Barat; suara rakyat miskin yang dijual dalam pemilu; perjuangan rakyat Palestina; ketertindasan buruh pabrik; kesengsaraan petani dusun Suluk Bongkal, Riau..menjadi indah dalam arti sebenarnya yaitu kehidupan.
Membaca puisi Dominggus Oktavianus bagaikan berlitani bersama rahib-rahib yang marah atas ketidakadilan yang berlangsung..
"Salam damai
Bagi yang terbang dari dusun lembah dan rumah rimba
yang terusir dari tanah tempat akarmu tumbuh
sebelum jadi debu
Dengar kabar, di sini akan lahir keadilan
Salam damai
Bagi gubuk-gubuk yang terpanggang dan tergusur
Bagi tangis bayi yang terurai abadi dalam air dan api
Bagi Bunda yang berjuang dan berserah diri
Salam damai
Bagi wajah yang hitam melebam tertinju waktu
Kerut halus yang melukis rasa perih
Bagi mata merana yang ditangguh tatap terus berlawan
Salam damai
Bagi padi yang menguning di ladang terkepung
Mesti terpetik agar hidup bebas berdenting
Salam damai
Sampai bertabur terang dan garam di muka bumi
......
Untuk memperjuangkan keindahan dalam kehidupan itu Dominggus Oktavianus seperti berseru dalam kumpulan puisi Kawan dan Berlawan, Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat- JAKER, 2010



Kawan dan Berlawan, kumpulan puisi, Dominggus Oktavianus, 2010, 
Harga Rp 30.000,
pesan sms/wa 082124614776




Tidak ada komentar: