Selasa, 30 Juni 2015

Gelisahmu Adalah Matahari


Justin,

Gelisahmu adalah matahari
Mengusir kegelapan dari sarangnya
Sampai  fajar merah tiba

Di Blangguan
Kau bela petani yang tanahnya dirampas tentara laut
Tapi ia datang padamu seperti  iblis
Yang meyakinkan dirimu karena
gelisahmu adalah juga pada kebenaran kata dan tindakan
Ini bukan Orde Baru tapi Orde Palsu

Kau disiksa, disetrom
Ditendang dan dipukul
Ditelanjangi
Seperti Yesusmu yang membela orang-orang tertindas
“Emanuel!”

Kita pun mengangkat keranda orang mati untuk menyatakan kehidupan

Gelisahmu adalah bintang pagi
yang tak menyesatkan jalan musafir
Ketika kita berdiskusi soal rencana-rencana baik kita ke depan
Bagaikan kehidupan surgawi yang dijanjikan orang-orang beriman
Serta doa yang dikabulkan
Di atas bumi seperti di dalam surga

Aku pun ikut kamu sebagai juru selamat ketika organisasi kita pecah

Gelisahmu adalah rembulan di malam gulita
Ketika anak-anak riang gembira dalam permainan
Sementara ayah-bunda memadu kasih untuk generasi yang lebih baik
Kita pun bermain teater bukan untuk aktor tapi ator
Dengan cara itulah kita hendak menggulingkan penguasa

Sesudah pemberontakan berdarah di  kandang Banteng
Aku dan kau menjadi rahasia
Aku pun ingat pesan kawanmu:
“Klandestin. Tidak ada orang yang tidak bisa diorganisasikan
 bahkan  orang-orang di  istana Sang Jendral”

Sesudah Sang Jendral tak lagi menjadi rahasia
Kita masih menjadi rahasia

Sampai kini

Sesudah delapan ribu tiga puluh hari matahari  
Gelisahmu adalah  matahari
Yang dahulu juga
Kegelisahan Bung Kita

Revolusi memang belum selesai


Kota Bumi, 30 Juni 2015

Tidak ada komentar: